oleh:
Abdul Kadir Jailani
Apakah
ilmu yang kita miliki bermanfaat?
Salah
satu hal yang sangat ditakuti oleh Rasulallah adalah ilmu yang tidak
bermanfaat. Untuk manusia sekelas Rasulallah pun, memohon kepada Allah supaya
dijauhi dari ilmu yang tidak bermanfaat. Jika makhluk termulia seperti Rasulallah meminta
perlindungan, ini menunjukan “warning” supaya umatnya berhati-hati, jangan
sampai ilmu yang dimiliki tidak memiliki manfaat.
“Warning”
dari Rasulallah ini semestinya mendorong kita untuk intropeksi diri, apakah
ilmu yang kita cari berpuluh tahun dengan hasil sebuah gelar yang mengapit nama
kita sudah memiliki manfaat? Barang kali kita sudah berbangga dengan gelar,
dengan pengetahuan dan skill yang kita miliki, tetapi sesungguhnya sedikitpun
tidak memiliki manfaat. Pertanyaan muncul, ilmu yang bermanfaat itu seperti
apa?
Hujjatul
Islam Imam al-Gozali adalah seorang ulama yang sangat baik dalam menjelaskan
hakikat ilmu yang bermanafaat ini. Hal ini bisa kita lihat dari kitab-kitab
beliau yang populer seperti Ihya Ulumuddin, Bidayatul Hidayah, Ayyuhal Walad
dan lainnya. Beliau mengungkapkannya secara eksplisit dalam bidayatul hidayah:
والعلم النافع هو ما يزيد في خوفك من الله
تعالى، ويزيد في بصيرتك بعيوب نفسك، ويزيد في معرفتك بعبادة ربك، ويقلل من رغبتك
في الدنيا، ويزيد في رغبتك فني الآخرة، ويفتح بصيرتك بآفات أعمالك حتى تحترز منها،
ويطلعك على مكايد الشيطان وغروره، وكيفية تلبيسه على علماء السوء،ن حتى عرضهم لمقت
الله تعالى وسخطه؛ن حيث أكلوا الدنيا بالدين، واتخذوا العلم ذريعة ووسيلة الى أخذ
اموال السلاطين، وأكل أموال الاوقاف واليتامى والمساكين، وصرف همتهم طول نهارهم
إلى طلب الجاه والمنزلة في قلوب الخلق، واضطرهم ذلك إلى المراءاة والمماراة، والمنافسة
والمباهاة
“ilmu yg bermanfaat adalah
ilmu yang bisa menambah dalam ketakutanmu kepada Allah ta'ala, bisa menambah
pengetahuan batinmu tentang cacatnya dirimu, bisa menambah ma'rifatmu dalam
beribadah kepada Tuhanmu, bisa mengurangi rasa cintamu terhadap dunia, dan
menambah rasa cinta terhadap akherat, bisa membuka mata hatimu untuk melihat
bahaya-bahayanya amal-amalmu sehingga engkau bisa menjaga dari bahaya
tersebut, bisa memperlihatkanmu terhadap tipu daya setan,
bisa memperlihatkanmu
caranya menyamarkannya setan terhadap ulama' su' (ulama' Jelek) yg menjdikan
mereka mendapatkan Murka Allah ta'ala, yaitu ulama'2 yang memakan dunia dengan
agamanya, mereka mengambil ilmu sebagai perantara untuk mendapatkan harta dari
raja, memakan harta wakaf, anak yatim dan orang2 miskin, dan mereka menggunakan
waktu panjang siangnya untuk mencari pangkat dan derajat di hati makhluq, yg
menjadikan mereka menjadi pamer, adu domba berlebihan dalam ucapan dan juga
sombong. (Bidayatul Hidayah, Dar al-Minhaj, 2004: 108-109, Jeddah)
Imam al-Ghazali dalam ungkapan di atas
menyebutkan beberapa kreteria ilmu yang bermanfaat yaitu:
1.
Menambah rasa takut kepada
Allah Saw.
Hal ini berarti, setiap ilmu yang dimiliki
seharusnya membuahkan rasa takut kepada Allah. Semakin tinggi ilmu seseorang
maka semakin takut ia kepada Allah Swt. Bukan sebaliknya, semakin tinggi
ilmunya, semakin meremehkan syariat Allah Swt. Inilah makna dari firman Allah
Swt. انما يخشى الله من عباده العلماء “Hanyasanya orang yang paling takut kepada
Allah adalah ulama”. Karena ilmu yang dimiliki membuatnya sangat takut kepada
Allah Swt. Inilah cerminan ulama-ulama akhirat yang yang selalu berpakaian
dengan pakaian ketakwaan.
2.
Menambah pengetahuan batin
tentang aib-aib diri
Ilmu yang dimiliki semestinya membuat mata
batin menjadi cemerlang dalam hal melihat aib-aib diri, bukan sebaliknya
semakin tinggi ilmu, semakin tertutup mata batinya dari melihat kekurangannya
sendiri, justru aib-aib orang lain menjadi jelas dihadapannya. Ilmu yang ia
miliki tidak mampu menyinari dirinya sendiri, justru malah membakar dirinya,
ibarat lilin yang menyinari sekitarnya
dengan cara membakar dirinya sendiri. Sungguh sangat benar apa yang
disabdakan Rasullallah Saw. طوبى لمن شغله عيبه عن عيوب
الناس sangat beruntung orang yang sibuk mengurus
aibnya sendiri, sehingga dia lupa mengurus aib orang lain”.
3.
Menambah ma'rifatmu dalam
beribadah kepada Tuhanmu
ketika ilmu bertambah, semestinya menambah
pengenalan kepada ibadah yaitu kepada Allah yang disembah dan ilmu cara
menyembah Allah yang benar sesuai dengan yang diajarkan Rasulallah dan para
ulama.
4.
Menambah kezuhudan terhadap
dunia
Mengurangi rasa cintamu terhadap dunia, dan
menambah rasa cinta terhadap akherat merupakan sifat zahidin
(orang-orang yang zuhud). Ilmu yang ia miliki membuat hatinya memandang dunia
ini sangat hina, sedangkan akhirat lah kehidupan yang sesungguhnya, mereka
mencari dunia sekedar untuk membantu tugas pokoknya sebagai hamba Allah, bukan
menjadi tujuan hidupnya. ia tidak gusar ketika dunia berupa harta, jabatan dan
asesoris dunia yang lainnya tidak ia miliki. Seorang yang berilmu bukan orang
yang rakus terhadap dunia, bukan orang yang gila harta dan jabatan tetapi
justru orang yang semakin bertambah ilmunya semakin jelas betapa hinanya dunia
dan membuatnya semakin cinta kepada akhirat.
5.
membuka mata hati untuk
melihat bahaya-bahaya amal-amalmu sehingga engkau bisa menjaga dari bahaya
tersebut.
Seorang sufi melihat amal saleh bukan dari
kaca mata pahala saja. Melihat juga melihat dengan kacamata dosa. Bahaya amal
ini maksudnya adalah amalan-amalan yang dilakukukan tidak berdasarkan ilmu dan
yang dilakukan bukan karena Allah. Orang yang berilmu bukan hanya memandang
pahala dari amalan tersebut, tetapi juga memandang sesuatu yang bisa
membatalkan pahala amal tersebut. Semakin tinggi ilmunya semakin dia
berhati-hati dengan amalnya, jangan sampai amalnya itu sia-sia bahkan amalan
yang semestinya akan membawanya kepada rahmat Allah, justru bisa menyeretnya
kepada kemurkaan-Nya. Bahasa sederhananya adalah amalan yang diterima Allah
adalah yang sesuai dengan petunjuk syariat dan dilakukan dengan penuh
keikhlasan karena Allah semata.
6.
Memperlihatkan terhadap
tipu daya setan
Orang yang berilmu tidak akan mudah tertipu
oleh setan. Karena ketika melihat sesuatu selalu dengan kaca mata ilmu. Bahkan
setan lebih takut terhadap orang alim yang sedang tidur dibandingkan seorang
ahli ibadah yang tidak berilmu.
Orang yang berilmu akan berhati-hati terhadap
penyamaran setan dengan ulama' su'
(ulama' Jelek) yg menjadikan mereka mendapatkan Murka Allah ta'ala.
Orang yang diberikan manfaat pada ilmunya
akan mampu melihat tipu daya setan dengan ulama-ulama jelek, yaitu ulama yang
memakan dunia dengan agamanya, mereka mengambil ilmu sebagai perantara untuk
mendapatkan harta dari pemerintah, memakan harta wakaf, anak yatim dan orang-orang
miskin, dan mereka menggunakan waktu panjang siangnya untuk mencari pangkat dan
derajat di hati makhluk, yang menjadikan mereka menjadi pamer, adu domba
berlebihan dalam ucapan dan juga sombong.
Secara singkat Imam Gazali sesungguhnya ingin
mengatakan bahwa ilmu yang bermanfaat adalah yang diamalkan. Yang mampu membuat
ketakwaan kita semakin meningkat secara pribadi. Ilmu yang bermanfaat adalah
yang membuat kita semakin dekat dengan Allah dengan menjaga batas-batas syariat
Allah.
Apakah ilmu kita sudah bermanfaat? semoga
Allah menjauhkan kita dari ilmu yang tidak bermanfaat sesuai doa Rasulallah
Saw.
sumber: al-Imam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad al-Ghazali, Bidayatul Hidayah, 2004, Dar al-Minhaj, Jedah, hlm. 107-109.
ConversionConversion EmoticonEmoticon