Oleh: Abdul Kadir
Jailani
Dengki adalah penyakit hati yang
sangat berbahaya. Kedengkian sesungguhnya memuat dua kata: yaitu, tidak suka
dengan kesuksesan orang lain dan senang dengan kegagalan orang lain. Di dalam pergaulan,
jika kita merespon orang lain dengan kedua hal tadi, ketahuilah kita adalah
pendengki. Begitu bahayanya dengki ini, sampai Rasulallah bersabda “Dengki
dapat membakar kebaikan, sebagaimana api membakar kayu bakar”.
Karena dengki ada di hati, maka yang
bisa menilai orang tersebut dengki atau tidak adalah dirinya sendiri.
Karenanya, kita semestinya sering meneliti hati, apakah kita memiliki sifat ini
atau tidak. Jika sifat ini bersarang di hati, cepatlah bertaubat dan mengingat
bagian dan ketentuan Allah kepada hamba-Nya. Bayangkan, ketika ibadah-ibadah
yang kita lakukan sia-sia karena sifat ini. Betapa rugi kita jika hal ini
terjadi.
Pendengki sesungguhnya bukan membenci
manusia, tetapi membenci Yang Maha Menentukan yaitu Allah Swt. Ia tidak rida dengan ketentuan Allah berupa
karunia kepada hamba-Nya. Lagi pula belum tentu kesuksesan, kekayaan, dan
sebagainya merupakan nikmat Allah kepada hamba-Nya. Bagaimana jika itu adalah istidroj?
Berarti kita dengki terhadap ketidakbaikan. Jika kekayaan yang membuat orang
dengki, maka yang paling pantas didengkii adalah Fir’aun. Siapa yang mau dengki
kepadanya? Padahal ia orang yang sangat kaya.
Nikmat Allah bisa dilihat dari respon
seseorang terhadap suatu karunia Jika ia bersyukur dan semakin takut kepada
Allah maka itu adalah nikmat yang sesungguhnya. Jika sebaliknya, ia tidak
bersyukur maka itu adalah bencana. Ketika suatu pemberian adalah suatu bencana,
apakah patut kita dengki?
Dengki hanya akan membuat sengsara.
Kesengsaraannya dimulai dari dunia dan akan dilanjutkan kelak di akhirat.
Kedengkian membuat kita bangkrut, karena amal-amal yang sudah dilakukan dengan
susah payah akan hangus dibakar sifat dengki ini.
Solusinya, selalu mengingat ketentuan
Allah kepada hamba-Nya, den selalu beryukur atas setiap karunia Allah.
ConversionConversion EmoticonEmoticon