Keutamaan Umat Muhammad Saw.

الحمد لله رب العالمين الذى جعلنا من امة سيدنا محمد وكفى به من نعمة والصلاة والسلام على اشرف المرسلين سيدنا محمد وعلى اله وصحبه وسلم. اشهد ان لا اله الا الله وحده لاشريك له واشهد ان محمدا رسول الله لا نبي بعده اللهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى اله وصحبه اجمعين اما بعد فيا عباد الله اوصيكم ونفسى بتقوى الله لعلكم ترحمون

Pertama-tama marilah kita meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT, dengan takwa yang sebenar-benarnya, karena tiada bekal yang paling berharga didunia maupun diakhirat kecuali ketakwaan kepada Allah SWT. Allah berfirman
وتزودوا فان خير الزاد التقوى

Keduakalinya kita perlu bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kita nikmat yang begitu besar dan sangat berharga yaitu dijadikannya kita umat Nabi Muhammad SAW, nikmat ini merupakan nikmat yang amat besar dan istimewa kepada kita.
Dalam khutbah kali ini kami ingin menyampaikan betapa  besar keistimewaan umat nabi Muhammad SAW, yang dengan mengetahuinya diharapkan kita akan semakin bersyukur kepada Allah SWT, maupun kepada Nabi Besar Muhammad SAW, karena kita dijadikan sebagai umat kekasih yang paling dicintai oleh Allah SWT, yaitu umat Nabi Muhammad SAW. Tentunya rasa syukur kepada Allah SWT, akan melahirkan rasa mahabbah cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, dengan memperbanyak amal ketakwaan kepada Allah SWT, dan memperbanyak sholawat kepada Nabi Muhammad SAW.

Hadirin Sidang Jum’at yang berbahagia
Didalam Kitab Khasa’isul Ummatil Muhammadiyyah Sayyid Muhammad bin Alwi Maliki menjelaskan tentang keistimewaan ummat nabi Muhammad SAW dibandingkan dengan umat sebelumnya. Yang salah satunya adalah Raf’ul Isr, yang artinya Allah tidak mewajibkan atas umat Nabi Muhammad SAW suatu syariat yang tidak mampu dilaksanakan oleh umat ini, atau dengan kata lain Allah tidak mewajibkan sesuatu yang tidak terjangkau oleh kemampuan manusia umumnya. Sebagaimana Allah membebenkan kepada umat-umat nabi terdahulu. Sayyid Muhammad bin Alwi Almaliki menjelaskan ada beberapa syari’at yang sangat berat yang dibebankan kepada umat terdahulu yang sekarang tidak dibebankan kepada umat Muhammad. Antara lain
1.    Qat’u Mawadi’i Najasati;
 yaitu memotong tempat nakjis, seumpama nakjis mengenai pakaian seseorang, maka untuk mensucikannya adalah dengan memotong atau menghilangkan pakaian yang terkena nakjis tersebut, bahkan jika air kencing sekalipun yang mengenai anggota badan maka wajib pula dipotong anggota badan tsb, sebagaimana hadits nabi SAW,

كانوا اذا اصاب البول جسد احدكم قطعوا ما اصاب البول منهم (رواه ابو داوود)

Yang maknanya: “Adalah ummat terdahulu jika kencing mereka mengenai anggota badan mereka, maka dipotonglah anggota badan yang kena air kencing tersebut”
Namun umat Nabi Muhammad SAW, tidak seperti ini, cukup membersihkan dengan air maka sucilah pakaian atau anggota badan tersebut. Ini merupakan keistimewaan besar yang harus kita syukuri berkat nabi Besar Muhammad SAW.
Hadirin Sidang Jum’at yang berbahagia
2.    Qotlun Nafsi Bittaubah;
yaitu bunuh diri sebagai syarat diterimanya taubat, ini disebutkan ketika umat nabi Musa ketika ditinggalkan oleh nabi Musa mereka menyembah patung sapi, maka setelah kembali nabi musa memerintahkan mereka untuk segera bertaubat dan cara taubatnya adalah dengan membunuh dirinya sendiri, sesuai dengan firman Allah SWT
فتوبوا الى بارئكم فاقتلوا انفسكم
Begitu juga ketika mereka taubat dari berbagai macam maksiat dengan memotong anggota badannya; seperti jika sesorang berbohong maka sebagai taubatnya ia harus memotong lidahnya, jika id berzina maka sebagai taubatnya mmotong kemaluannya.
Namun coba kita perhatikan betapa umat nabi Muhammad SAW dimudahkan dalam bertaubat, bahan Allah SWT senang melihat hamba-Nya yang bertaubat dan Allah akan menerima taubatnya jika mereka memang benar-benar bertaubat kepada Allah SWT, dan syaratnya tidak perlu bunuh diri, tetapi cukup dengan menyesali, berhenti melakukan perbuatan itu, serta berazam dan bercita-cita kuat tidak akan kembali melakukan perbuatan itu. Allah SWT berfirman

ومن يعمل سوء او يَظلمْ نفسه ثم يستغفر الله يجد الله غفورا رحيما ( النساء 110)
Seperti ini kasih sayang Allah kepada Hambanya walaupun mereka maksiat kepada Allah SWT, dibukakan pintu taubat, ditunggu taubatnya dengan pengampunan, namun walau begitu kasih sayang Allah, betapa banyak umat ini yang enggan untuk bertaubat, enggan untuk menghentikan perbuatan munkar dan dosanya.
Hadirin Sidang Jum’at yang berbahagia
Yang ke tiga syari’at berat umat terdahulu adalah
3.    Iftidohu Ashabil Ma’ashi minhum;
 yaitu dinyatakan dan diperlihatkan pelaku maksiat oleh Allah dengan nyata didunia; Jika ada dari Bani Isroil dulu berbuat maksiat pada malam hari, maka esok harinya sudah tertulis dipintu rumahnya “Bahwa ia telah melakukan dosa ini dan itu tadi malam” sehingga manusia lain membacanya dan mengetahui perbuatan buruk orang yang memiliki rumah tersebut. Namun coba kita renungkan kita sebagai umat nabi Muhammad SAW, walau dosa kita menggunung tak pernah kita lihat pintu rumah kita tiba-tiba tertulis tentang dosa dan aib kita. Ini membuktikan betapa pengasih dan penyayangnya Allah SWT, dan begitu lembutnya Allah menutup aib-aib umat Nabi Muhammad SAW, yang jika aib-aib itu dibukakan kepada manusia batapa malunya kita dengan dosa-dosa kita itu kepada Manusia lain.
Rasulallah bersabda
كل امتى معافى الا المجاهرون وان من الجهار ان يعمل الرجل بالليل عملا ثم يصبح وقد ستره الله تعالى
 فيقول يا فلان عملت البارحة كذا وكذا وقد بات يستره ربه ويصبح يكشف ستر الله عنه (متفق عليه)

Ketika seseorang bermaksiat dimalam hari Allah menutup aibnya, namun tutupan Allah itu dibuka nya dengan menceritakan kepada teman-temannya. Betapa malangnya orang tersebut dosa dan aib yang seharusnya disesali dan ditutup rapat-rapat, justru diceritakan dengan penuh bangga kepada orang lain.
Begitu indah cara Allah menutup aib kita dan seharusnya seindah itu pula ketaatan kita kepada Allah SWT, dari sini kita dapat pelajaran betapa Allah SWT menutup aib hamba-Nya, dan begitu juga kita menutup aib diri kita dan saudara kita. Ketika kita melihat aib saudara kita, tindakan yang tepat adalah menasihatinya dan menutup aibnya bukan membukanya dengan menceritakan aib orang lain dimana mana, karena jika kita menutup aib saudara kita di dunia kelak insya Allah Allah akan menutup aib-aib kita di akhirat.
Hadirin Sidang Jum’at yang berbahagia
Dari khutbah ini bisa kita menarik kesimpulan betapa Allah memuliakan umat Nabi Muhammad dengan kemudahan-kemudahan syari’at, dari pelajaran ini kita ketahui bertapa mulia Nabi Muhammad SAW di sisi Allah SWT, sehingga umatnya pun diperlakukan begitu mulia oleh Allah, maka sepantasnya kita mencintai Allah SWT dan Rasulallah SAW, dengan menjalankan perintah Allah SWT dan mengamalkan sunnah Rasulallah SAW dan memperbanyak sholawat kepada Rasulallah SAW. Akhirnya kita diberikan pilihan apakah kita akan menjalankan kemuliaan ini dengan kemuliaan pula atau sebaliknya kemuliaan ini kita rubah sendiri menjadi kehinaan, manusia bisa memilih.
Akhirnya semoga Allah menjadikan kita umat yang bersyukur dijaddikan umat Nabi Muhammad SAW, dan bisa menjalankan keistimewaan dan kemuliaan yang Allah berikan dengan hidup yang mulia sesuai syariat Allah, dengan memperbanyak taubat, dan saling menjaga kehormatan antar sesama bukan sebaliknya saling menghinakan.

t   بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنَا وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
Previous
Next Post »
Thanks for your comment